Selasa, 25 Oktober 2011

skripsi think-pair-share


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkem-
bangkan potensi-potensi peserta didik melalui kegiatan pengajaran. 
Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam merespon setiap pelajaran yang diajarkan. Untuk menumbuhkan
sikap aktif, kreatif dan inovatif pada siswa tidaklah mudah.  Realita
yang terjadi guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar dan
siswa menjadi pasif dalam belajar.  Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. 
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara lain dengan perbaikan mutu belajar
mengajar.  Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana.  Dengan adanya perencanaan yang
baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan
maksimum dan meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru sebagai pembawa materi
maupun peserta didik sebagai penggarap ilmu pengetahuan.  Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan,
guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan.  Mengajar tidak sekedar mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi mengajar juga berarti usaha menolong siswa
agar mampu memahami konsep-konsep dan dapat menerapkan konsep
yang dipahami.
Dalam dunia pendidikan, Matematika telah diperkenalkan
kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih
tinggi. Pada pendidikan Matematika, guru memegang peranan
penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Seorang
guru Matematika disamping menjelaskan konsep, prinsip, teorema,
guru juga harus mengajarkan Matematika dengan menciptakan kondisi
yang baik agar keterlibatan siswa secara aktif dapat berlangsung.
Unsur penting dalam pembelajaran Matematika adalah merangsang
siswa serta mengarahkan siswa belajar, dimana belajar dapat dirangsang
dan dibimbing dengan berbagai metode atau cara yang mengarah
pada tujuannya, dan langkah yang tepat adalah dengan menggu-
nakan metode mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan yang
diajarkan.
Melalui observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 1 Lembeyan pada siswa kelas VIII.C khususnya mata pelajaran Matematika, guru masih menggu-
nakan metode pembelajaran yang bersifat tradisional yaitu metode pembelajaran ceramah dan banyak memberikan tugas yang tidak
terstruktur dengan baik, dimana guru jarang membahas tugas
yang diberikan.  Penerapan metode yang demikian menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan.  Dalam penggunaan metode ini, siswa tidak dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran adalah guru itu sendiri. Siswa cenderung pasif dan hanya menerima pelajaran serta mencatat penjelasan dari gurunya saja dan disuruh mengerjakan tugas yang diberikan tanpa melakukan presentasi terhadap hasil pekerjaannya, sehingga menyebabkan metode yang bersifat tradisional ini kurang berdampak baik terhadap hasil belajar siswa.
Namun tidak hanya itu saja, penerapan metode yang lama ini masih belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika. Dengan demikian dapat dikatakan mata pelajaran Matematika kurang diminati oleh peserta didik.  Menyikapi masalah tersebut di atas, maka perlu dicari solusi suatu model pembelajaran yang dalam penerapannya mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru harus dapat menemukan dan menerapkan strategi pembelajaran yang dapat membawa siswa menemukan jalan atau cara pemecahan masalah matematika yang dihadapinya. Dimana guru bisa melakukan perubahan pada paradigma pendidikannya yakni dari pembelajaran yang berpusat pada guru beralih pada siswa sebagai pusat belajar.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.      Guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar dan siswa menjadi pasif dalam belajar, akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.
2.      Penerapan metode pembelajaran yang bersifat tradisional, guru banyak memberikan tugas yang tidak terstruktur dengan baik dan jarang membahasnya, yang menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan.
3.      Pelajaran matematika kurang diminati oleh siswa karena metode pembelajaran yang digunakan tidak sesuai.
4.      Metode pembelajaran yang bersifat tradisional masih belum bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

C.     Rumusan Masalah dan Pemecahannya
  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana  meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan?”
  1. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah di atas, maka peneliti mengusulkan untuk menerapkan pembelajaran matematika dengan metode Think-Pair-Share.

D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

E.     Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagi Siswa
a.       Melatih siswa untuk aktif dan kreatif.
b.      Meningkatkan hasil belajar siswa.
2.      Bagi Guru
a.       Sebagai masukan bagi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.
b.      Mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar Matematika.
c.       Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.
3.      Bagi Sekolah
a.       Meningkatkan standar kualitas pendidikan sekolah.
b.      Menghasilkan lulusan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

4.      Bagi Peneliti
Sebagai bahan acuan dan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan oleh peneliti.







BAB II
 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.     Belajar
1.      Pengertian Belajar
Aunurrahman (2009:33), dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami ataupun tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.
Belajar adalah suatu proses perubahan yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti diungkapkan Sadiman (dalam Bambang Warsito, 2008:62). Proses belajar bersifat individual dan kontekstual artinya proses belajar terjadi dalam diri manusia sesuai perkembangan dan lingkungan. Kemampuan untuk belajar inilah yang membedakan manusia dengan makluk Tuhan yang lain. Manusia yang telah belajar mengalami perubahan tingkah laku dalam dirinya, perubahan ini sebagai akibat interaksi  antara manusia dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan.
Aunurrahman (2009:33), Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relative positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif Syah (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2010:1), dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap.
H. C Witherington (dalam Aunurrahman, 2009:35), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
James O. Whittaker, (dalam Aunurrahman, 2009:35), mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
Ninik Srijani, (2008:179), Belajar adalah mendapatkan pengetahuan yang menambah keberadaan pengetahuan lain yang telah ada sebelumnya didalam otak manusia.
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman interaksi dari lingkungannya yang relative positif.
2.      Prinsip Belajar
Agus Suprijono (2010:4), menyebutkan prinsip-prinsip belajar.
a.       Prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1)      Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
2)      Kontinu atau berkesinambungan dengan prilaku lainnya.
3)      Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4)      Posifif atau berakumulasi.
5)      Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6)      Permanent atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience.
7)      Bertujuan dan berarah.
8)      Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
b.      Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.
c.       Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
3.      Tujuan Belajar
Agus Suprijono (2010:5), tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan yang instruksional, lazim danamakan instruksional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar nurturant effects. Bentuknya berupa, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu system lingkungan belajar tertentu.
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Hamalik (dalam Asep Jihat dan Abdul Haris, 2010:15)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental nilai-nilai yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
4.      Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar Abdurrahman (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2010:14). Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusahan untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap.
Agus Suprijono (2010:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan-ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
a.       Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun aturan.
b.      Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengatagorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c.       Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan-kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d.      Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e.       Sikap adalah kemampuan menerima atau menolah objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya, Juliah (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2010:15). Menurut hamalik (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2010:14), hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan.nilai-nilai, pengertian-pengertian, dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah melakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.



B.         Matematika
Ritzer (dalam Hamzah B Uno, 2007:127), menyatakan bahwa “Matematika merupakan ide abstrak memiliki pijakan untuk mempelajarinya”.
Luitzer Egbertus Jan Brower (dalam Hamzah B Uno, 2007:127), berpendapat bahwa “Matematika adalah sama dengan bagian dari eksakta dari pemikiran manusia”.
Soejadi (dalam Dewi Tryanasari, 2008:197), mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
a.       Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
b.      Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c.       Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
d.      Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
e.       Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
f.        Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Russel (dalam Hamzah B Uno, 2007:129), mendefinisikan bahwa “Matematika sebagai suatu studi yang memulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang berkenaan dengan pengetahuan eksak, ide-ide, fakta-fakta kuantitatif  dan konsep-konsep yang tersusun secara hierarkis.

C.         Model Pembelajaran
Agus Suprijono (2010:45), Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurukulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Aunurrahman (2009:146), berpendapat, ”Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu”.
Brady (dalam Aunurrahman 2009:146), mengemukakan bahwa “model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran”.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan kerangka konseptual yang meliputi semua jenis kerja kelompok yang digunakan siswa untuk mempelajari sesuatu dengan diarahkan oleh guru.

D.    Metode Think-Pair-Share
  1. Pengertian metode Think-Pair-Share
Nurhadi (2004:120), ”metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespons serta saling membantu lain”.
Trianto (2009:81), “strategi Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.
Arend (dalam Trianto, 2009:81), ”menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespons dan saling menbantu”.
Lyman dan kawan-kawan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Langkah 1 – Berpikir (Thinking): Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
b.      Langkah 2 – Berpasangan (Pairing): Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawabam jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c.       Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

  1. Manfaat metode Think-Pair-Share dalam meningkatkan hasil belajar matematika.
Menurut Spencer Kagan (dalam Maesuri, 2002:37) manfaat metode Think-Pair-Share adalah:
a.               Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan  Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
b.              Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari penerapan metode Think-Pair-Share terhadap hasil belajar matematika adalah semua siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran, baik secara individu maupun dengan orang lain. Aktif dalam hal ini adalah siswa akan diberi  beberapa permasalahan dalam materi yang akan didapatnya, sehingga siswa harus berpikir untuk mencari pemecahan masalahnya baik individu maupun dengan kelompoknya. Hal lain yang diperoleh  siswa dari metode ini adalah siswa aktif dalam berkomunikasi baik dengan kelompoknya maupun teman sekelasnya, karena setelah siswa berhasil memecahkan masalah yang diberikan, semua kelompok akan menyampaikan atau mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sehingga suasana kelas akan tampak lebih hidup dan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.

E.     Penelitian yang Relevan
Noor Styorini (2010:51) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan model pembelajaran PBMP (pembelajaran berpikir melalui pertanyaan) dengan metode TPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bendo”, menyimpulkan bahwa metode TPS dapat meningkatkan kemampuan afektif dan kognitif siswa.
Judul yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan Tahun Pelajaran 2010/2011. Kesamaan dalam penelitian ini terletak pada penggunaan metode TPS, subjek penelitian dan tujuan penelitian yaitu meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaannya terletak pada jenis penelitiannya.

F.      Kerangka Pemikiran
Pembelajaran dengan menggunakan metode Think-Pair-Share merupakan salah satu dari model kooperatif yang menggunkan struktur kelompok berpasangan. Meskipun termasuk dalam model kooperatif, struktur ini memberikan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir individu. Selain itu model pembelajaran Think-Pair-Share juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, berpasangan, dan berbagi sehingga kemampuan siswa baik secara individu maupun kelompok dapat berkembang. Penyajian masalah dalam pembelajaran Think-Pair-Share yang kontekstual melatih siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika. Dengan demikian apabila konsep-konsep matematika mampu dikuasai maka hasil belajar siswa akan lebih meningkat.

G.    Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan metode Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan tahun pelajaran 2010/2011.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.           Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat Penelitian
       Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Lembeyan dengan alamat jalan raya Lembeyan Gorang-gareng Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan, sebagai bahan pertimbangan penulis memilih tempat penelitian tersebut karena:
a.           Hasil belajar siswa khususnya matematika pada sekolah tersebut rendah.
b.          Letaknya strategis yaitu terletak jauh dari keramaian kota sehingga proses pembelajaran tidak akan terganggu.
c.           Lokasi yang mudah dan cepat dijangkau, sehingga meminimalkan kemungkinan terlambat sampai ke lokasi penelitian.
2.    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap yaitu dari mulai bulan Pebruari 2011 sampai bulan Juni 2011.

B.           Subjek Penelitian
       Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan tahun pelajaran 2010/2011. Pengambilan subjek didasarkan pada kemampuan siswa yang heterogen. Jumlah siswa 35 anak, terdiri dari siswa laki-laki 17 anak dan siswa perempuan 18 anak.
C.           Prosedur Penelitian
1.Desain Penelitian
       Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru dilapangan. Singkatnya, PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
       Menurut Suharsimi Arikunto (2006:16) alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut:


 










Gambar 3.1 Alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
 

  1. Indikator Ketercapaian
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Penelitian
No
Indikator

Target pencapaian

Cara mengukur
Metode mengukur
1
Prosentase ketuntasan belajar siswa
68%

Diambil dari nilai tes formatif

Tes

 
2
Prosentase Nilai Rata-rata kelas
80%

Diambil dari nilai tes formatif

Tes


Dasar penentuan target pencapaian:
       Target pencapaian Indikator pada aspek nilai belajar ketuntasan siswa adalah 68% dan nilai rata-rata kelas ketuntasan belajar siswa adalah 80%. Penentuan target penentuan ini berdasarkan pada KKM SMP Negeri 1 Lembeyan, yaitu 68.
  1. Siklus Tindakan
a.       Siklus I
1)          Perencanaan Tindakan
        Dalam tahap ini peneliti menetapkan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Secara garis besar ada empat hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
a)      Merencanakan  langkah-langkah proses tindakan yang akan dilakukan.
b)      Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam melaksanakan tindakan.
c)      Mempersiapkan cara melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan.
d)      Membuat skenario apa yang akan dilakukan dalam melaksanakan tindakan.
2)          Pelaksanaan Tindakan
        Kegiatan utama yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai derngan rencana yang ditetapkan. Semua kegiatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah ditetapkan tim peneliti bersama partisipan. Untuk itu, dalam melaksanakan tindakan, subyek pelaksana didampingi tim peneliti. Kehadiran peneliti, selama pelaksanaan tindakan, selain untuk mendampingi, juga untuk mengikuti perkembangan dan perubahan akibat dari adanya tindakan. Dengan demikian, akan memperoleh hasil yang lebih baik.
3)      Observasi
        Dalam tahap ini, kegiatan utama yang dilakukan adalah mengadakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
        Fungsi utama observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana, dan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan memperoleh hasil yang diharapkan.
4)      Refleksi
        Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan refleksi. Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisis, peneliti bersama tim pengajar dapat merefleksi diri tentang kegiatan yang dilakukan, sehingga dapat diketahui keberhasilan dan kekurangan yang dilakukan sehingga bias digunakan untuk memperbaiki dan menetapkan tindakan kelas selanjutnya.
b.          Siklus II dan berikutnya
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus I tetapi didahului dengan perncanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I, sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi peda siklus I tidak terjadi pada siklus II. Menganalisis hasil observasi yang sudah dilakukan, mencari kekuatan dan kelemahan pada siklus II. Apabila sampai siklus II belum tercapai indikator keberhasilan penelitian maka dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai indikator keberhasilan penelitian tercapai.


D.          Metode Pengumpulan Data
       Metode yang digunakan dalam pengumpulan data hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan metode tes.
       Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar pada materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan metode Think-Pair-Share. Soal tes berupa tes esai. Menurut Wina Sanjaya (2009:100), tes esai adalah bentuk tes dengan cara siswa menjawab pertanyaan secara terbuka, yaitu menguraikan melalui kalimat yang disusunnya sendiri. Tes esai dapat menilai proses mental siswa terutama dalam hal kemampuan menyusun jawaban yang sistematis.

E.         Instrumen Penelitian
       Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada waktu peneliti melakukan suatu penelitian. Instrumen yang digunakan adalah tes esai, yang dibuat penulis dan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan guru matematika kelas dua tersebut. Tes tersebut dilaksanakan pada setiap akhir siklus dengan jumlah soal setiap siklusnya 5 soal dengan skor maksimal 20 untuk tiap nomor soal. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal adalah 1 jam pelajaran.
       Hasil data tes esai ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa kelas VIII C semester genap SMP Negeri 1 Lembeyan tahun pelajaran 2010/2011 setelah mengalami proses pembelajaran melalui metode Think-Pair-Share.
F.          Teknik Analisis Data
       Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk menyajikan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban masalah yang menjadi tujuan PTK (Tatag Yuli Siswono, 2008:28).
       Analisis data kualitatif dilakukan melalui tiga tahap (Tatag Yuli Siswono, 2008:29-30), yaitu:
1.      Reduksi data
Proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi data yang bermakna.
2.      Paparan data
Proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk naratif, representasi tabular termasuk dalam format matriks atau grafis.
3.      Penyimpulan
Proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat.
       Analisis data yang sesuai dengan metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu  analisis hasil tes.
       Data hasil tes diperoleh dari nilai tes formatif  yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa, dari data yang diperoleh dianalisa dengan menghitung jumlah rata-rata nilai tes. Untuk menentukan     prosentase ketuntasan belajar siswa digunakan rumus:
Untuk mencari nilai rata-rata kelas digunakan rumus:
       Untuk menganalisis hasil tes yang diperoleh dari siswa, dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pelajaran matematika untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lembeyan. KKM pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Lembeyan telah ditetapkan dengan nilai 68. Siswa dikatakan tuntas belajar matematika bila mendapat nilai  68 dan siswa dikatakan tidak tuntas bila mendapat nilai  68.


G.        Jadwal Penelitian
       Jadwal penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. Adapun jadwalnya dapat dilihat pada tebel 3.2 berikut.
No
Bulan/Minggu ke
Peb
Maret
April
Mei
3
4
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
2
3
4
5
1
Pengajuan Judul Penelitian
















2
Pengajuan Proposal
















3
Kegiatan penelitian

















A.   Siklus I

















       a.  Perencanaan

















       b.  Pelaksanaan

















       c.  Pengamatan

















       d.  Refleksi

















B.   Siklus II

















       a.  Perencanaan

















       b.  Pelaksanaan

















       c.  Pengamatan

















       d.  Refleksi

















C.   Siklus III

















       a.  Perencanaan

















       b.  Pelaksanaan

















       c.  Pengamatan

















       d.  Refleksi/draf laporan
















4
Penyusunan laporan hasil penelitian





































BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.     Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Lembeyan Kabupaten Magetan. Lokasi SMP Negeri 1 Lembeyan mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Di samping itu, SMP Negeri 1 Lembeyan mempunyai sarana dan prasarana yang cukup memadai yang sangat membantu siswa dalam kegiatan belajar.
Kelas yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas VIII C yang berjumlah 35 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 17 orang dan siswa perempuan berjumlah 18 orang. Ruang kelas VIII C tampak bersih dan rapi sehingga membuat pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan nyaman.
Pelaksanan penelitian terdiri dari 3 siklus. Pada tiap akhir siklus, siswa diberi tes formatif yang berbentuk esai yang berjumlah 5 soal setiap siklusnya. Dari tes formatif setiap siklus tersebut digunakan untuk memperoleh data hasil ketuntasan belajar.

B.     Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data tes formatif pada siklus I, II dan III. Dengan melihat data hasil penelitian dapat diketahui hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Think-Pair-Share.
1.      Siklus I
Pada siklus I materi yang disampaikan adalah menghitung luas permukaan prisma tegak dan limas. Hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
a.       Tahap Perencanaan
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti berdasarkan persetujuan guru bidang studi matematika kelas VIII C menyusun dan mempersiapkan instrumen-instrumen pembelajaran yang diperlukan di antaranya silabus (lampiran 1), RPP (lampiran 2), kisi-kisi tes formatif (lampiran 3), soal tes formatif (lampiran 4), kunci jawaban tes formatif (lampiran 5).
b.      Tahap Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pada tanggal 19 dan 20 April 2011. Pada pertemuan pertama peneliti menyampaikan materi pelajaran, jumlah siswa yang hadir ada 34 anak. Pertemuan kedua peneliti mengulang sedikit materi, setelah itu peneliti memberikan tes formatif. Sedangkan bukti nyata terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I terdapat pada (lampiran 6) yaitu foto kegiatan penelitian siklus I. Adapun proses belajar mengajar pada siklus I mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan.
c.       Tahap Observasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap tes hasil belajar siswa yang dilakukan peneliti. Jumlah siswa yang hadir adalah 34 siswa, yang tidak hadir 1 siswa dikarenakan sakit.
Hasil dari ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada (Lampiran 7) yang telah disajikan dalam bentuk tabel Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I.
Dari (Lampiran 7) didapat, prosentase siswa yang tidak tuntas 67,64%,  siswa yang tuntas 26,47% dan prosentase nilai rata-rata kelasnya adalah 53,79%. Hal ini berarti bahwa hasil belajar siklus I belum mencapai indikator ketercapaian yaitu 68% dari keseluruhan jumlah siswa harus sudah tuntas belajar.  Hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan yaitu karena kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi dan guru hanya memberikan garis besar materinya saja. Beberapa contoh jawaban tes formatif siswa pada siklus I dapat dilihat pada (lampiran 8).
Dari (lampiran 8) terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal tes formatif siklus I. Adapun kriteria-kriteria kesulitan dari soal tes formatif siklus I dapat dilihat pada (lampiran 9).
d.      Tahap Refleksi
Hasil refleksi dari kegiatan pembelajaran dengan metode think-pair-share dapat diketahui hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil observasi ditemukan kekurangan yang perlu diperbaiki, kekurangan-kekurangan tersebut adalah sebagai berikut.
1).            Dalam pelaksanaan pembelajaran guru belum menyampaikan garis besar dan proses pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
2).            Pada saat diskusi masih banyak siswa yang pasif dan cenderung tidak memperhatikan materi yang dibahas.
3).            Siswa masih bingung dalam memahami soal cerita.
4).            Keberanian siswa dalam bertanya, menjawab, maju ke depan serta berpendapat masih kurang.
2.      Siklus II
Pada siklus II materi yang disampaikan adalah menentukan dan menghitung volume prisma. Hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
a.       Tahap Perencanaan
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti berdasarkan persetujuan guru bidang studi matematika kelas VIII C menyusun dan mempersiapkan instrumen-instrumen pembelajaran yang diperlukan di antaranya silabus (lampiran 10), RPP (lampiran 11), kisi-kisi tes formatif (lampiran 12), soal tes formatif (lampiran 13), kunci jawaban tes formatif (lampiran 14).
Selain itu, pada siklus II direncanakan tindakan sesuai permasalahan pada siklus I yang merupakan perbaikan terhadap kekurangan siklus I antara lain:
1)          Memberi penjelasan kembali materi tentang bangun datar.
2)          Guru lebih komunikatif agar siswa lebih aktif dalam bertanya mengenai pelajaran yang belum jelas.
3)          Memberikan motivasi pada siswa untuk berani dalam memberikan pendapat.
4)          Memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang volume prisma.
b.      Tahap Pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pada tanggal 3 dan 4 Mei 2011. Pada pertemuan pertama peneliti menyampaikan materi pelajaran. Jumlah siswa yang hadir ada 35 siswa. Pertemuan kedua peneliti mengulang sedikit materi, setelah itu guru memberikan tes formatif. Sedangkan bukti nyata terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus II terdapat pada (lampiran 15) yaitu foto kegiatan penelitian siklus II. Adapun proses belajar mengajar pada siklus II mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran dengan beberapa perbaikan terhadap hasil refleksi siklus I yang telah dipersiapkan.
c.       Tahap Observasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap tes hasil belajar siswa yang dilakukan peneliti. Jumlah siswa yang hadir adalah 35 siswa.
Hasil tes pada siklus II mengalamai peningkatan jumlah siswa yang tuntas mengalami perubahan menjadi lebih banyak dibandingkan pada siklus I. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada (lampiran 16) yang telah disajikan dalam tabel Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II.
Dari (lampiran 16), dapat diuraikan siswa yang tuntas menjadi 24 siswa dengan prosentase  68,58%, siswa yang tidak tuntas menjadi 11 siswa dengan prosentase 31,42% dan nilai rata-rata kelasnya dengan prosentase 72,14%. Hal ini berarti hasil ketuntasan belajar siklus II sudah mengalami peningkatan daripada siklus I, tetapi nilai rata-rata kelasnya masih belum mencapai indikator ketercapaian yaitu 80%. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar dapat dilihat pada (lampiran 17).
Dari (lampiran 17) terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal tes formatif siklus II. Adapun kriteria-kriteria kesulitan dari soal tes formatif siklus II dapat dilihat pada (lampiran 18) yang disajikan dalam tabel kriteria kesulitan soal tes formatif siklus II.
d.      Tahap Refleksi
Hasil tes pada siklus II ternyata sudah mengalami peningkatan dibanding siklus I, jumlah siswa yang tuntas dan nilai rata-rata kelas mengalami perubahan menjadi lebih banyak dibandingkan pada siklus I, meskipun belum mencapai KKM yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hasil observasi ditemukan kekurangan yang perlu diperbaiki, kekurangan-kekurangan tersebut adalah sebagai berikut.
1).    Guru dalam memberikan motivasi pembelajaran masih belum dapat menarik perhatian siswa secara maksimal.
2).    Siswa masih kurang dalam memahami maksud soal dari tes formatif
3).    Belum ada keberanian siswa dalam mempresentasikan jawaban dari kelompoknya di depan kelas.
3.      Siklus III
Pada siklus III materi yang disampaikan adalah menentukan dan menghitung volume limas. Adapun hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut.
a.       Tahap Perencanaan
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti berdasarkan persetujuan guru bidang studi matematika kelas VIII C menyusun dan mempersiapkan instrumen-instrumen pembelajaran yang diperlukan di antaranya silabus (lampiran 19), RPP (lampiran 20), kisi-kisi tes formatif (lampiran 21), soal tes formatif (lampiran 22), kunci jawaban tes formatif (lampiran 23).
Selain itu, pada siklus III direncanakan tindakan sesuai permasalahan pada siklus II yang merupakan perbaikan terhadap kekurangan siklus II antara lain:
1).        Guru  akan memberikan lebih banyak contoh soal yang bervariasi dan membimbing siswa pada saat mengerjakan contoh soal.
2).        Guru akan memberikan pujian dan penghargaan terhadap kelompok yang mampu mengerjakan dan mempresentasikan di depan kelas.
3).        Guru akan lebih mendalami materi yang akan diajarkan sehingga materi yang akan diberikan dapat tersampaikan secara maksimal.
b.      Tahap Pelaksanaan
Siklus III dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pada tanggal 10 dan 11 Mei 2011. Pada pertemuan pertama peneliti menyampaikan materi pelajaran. Siswa yang hadir ada 35 anak. Pertemuan kedua peneliti mengulang sedikit materi, setelah itu guru memberikan tes formatif. Siswa yang hadir ada 35 anak. Sedangkan bukti nyata terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus III terdapat pada (lampiran 24) yaitu foto kegiatan penelitian siklus III. Adapun proses belajar mengajar pada siklus III mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran dengan beberapa perbaikan terhadap hasil refleksi siklus II yang telah dipersiapkan.
c.       Tahap Observasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap tes hasil belajar siswa yang dilakukan peneliti. Jumlah siswa yang hadir adalah 35 siswa. Hasil tes mengalami peningkatan lagi yang mengakibatkan siswa yang tuntas menjadi lebih banyak dibandingkan pada siklus I dan siklus II. Untuk lebih jelas dapat lihat pada (lampiran 25) yang disajikan dalam bentuk tabel Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III.
Dari (lampiran 25) dapat diuraikan siswa yang tuntas berjumlah 30 siswa dengan prosentase 85,71%, siswa yang tidak tuntas berjumlah 5 siswa dengan prosentase 14,29% dan nilai rata-rata kelasnya dengan prosentase 80,42%. Berdasarkan data tes hasil belajar siklus III, maka telah mencapai indikator ketercapaian nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar yaitu 80% dan 68% dari seluruh siswa yang memperoleh predikat tuntas, meskipun  masih terdapat 5 siswa yang dikategorikan belum tuntas karena melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal tes hasil belajar siklus III. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dapat dilihat pada (lampiran 26).
Dari (lampiran 26) didapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal tes formatif siklus III. Adapun kriteria-kriteria kesulitan dari soal tes formatif siklus II dapat dilihat pada (lampiran 27) yang disajikan dalam tabel kriteria kesulitan soal tes formatif siklus III.
d.      Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus III tampak bahwa tingkat hasil belajar melalui metode think-pair-share mengalami peningkatan yang signifikan atau telah memenuhi tingkat ketercapaian yang diinginkan. Sehingga penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
C.     Pembahasan
1.      Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan penelitian dari siklus I, siklus II dan siklus III hasil dari tes untuk mengetahui ketuntasan belajar dapat dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel 4.1     Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I, Siklus II dan Siklus III
Siklus
Tuntas KKM
I
26,47%
II
68,58%
III
85,71%

Dari Tabel 4.1 di atas dapat dibuat grafik tentang ketuntasan belajar siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III adalah sebagai berikut.
















Grafik 4.1     Prosentase Ketuntasan Belajar Dan Nilai Rata-Rata Kelas Pada Siklus I, Siklus II, Dan Siklus III
53,79
26,47
68,58
85,71
80,42
72,14

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 di atas menunjukkan ketuntasan belajar siswa dengan prosentase 26,47% pada siklus I meningkat menjadi 68,58% pada siklus II dan pada siklus III naik menjadi 85,71%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode think-pair-share dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2010/2011.

BAB V
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata kelas. Untuk prosentase ketuntasan belajar siklus I sebesar 26,47% meningkat pada siklus II menjadi 68,58% kemudian meningkat lagi pada siklus III menjadi 85,71%. Sedangkan untuk prosentase nilai rata-rata kelas dari siklus I 53,79% meningkat pada siklus II menjadi 72,14% kemudian meningkat lagi pada siklus III menjadi 80,42%. Selain itu masih terdapat permasalahan dalam pembelajaran matematika yang dialami oleh beberapa siswa yakni masih rendahnya penguasaan siswa terhadap materi bangun datar khususnya bangun segitiga.
B.     Saran
Dari pengalaman yang didapat selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi, maka penulis sebagai peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut.


1.      Bagi Guru Bidang Studi
a.       Dalam penerapan metode Think-Pair-Share, sebaiknya guru benar-benar memperhatikan dan memberi evaluasi kepada semua siswa saat berdiskusi maupun saat berpresentasi di depan kelas. Karena dengan adanya presentasi tersebut, kemampuan siswa sudah dapat diukur sudah paham atau belumnya dalam menyerap dan menerima materi yang disampaikan.
b.      Diharapkan guru dapat menerapkan metode Think-Pair-Share dalam menyampaikan materi kepada siswa agar siswa juga  berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2.      Bagi Sekolah
Dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika hendaknya kepala sekolah mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Think-Pair-Share.
3.      Bagi penelitian lebih lanjut
Dengan segala keterbatasan dalam penelitian ini, maka perlu dilaksanakan penelitian serupa dengan mengambil materi yang sesuai dan menggunakan sampel yang lebih luas sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih signifikan. Kelemahan dalam penelitian ini adalah masih terdapat permasalahan dalam pembelajaran matematika yang dialami oleh beberapa siswa yakni masih rendahnya penguasaan siswa terhadap materi bangun datar. Selain itu penelitian ini hanya diuji cobakan pada kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan tahun ajaran 2010/1011 dengan satu materi pokok bahasan, belum diketahui apakah dapat menghasilkan kesimpulan yang sama atau tidak jika penelitian ini diujicobakan di kelas lain dan dengan materi yang lain.
C.     Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbataan-keterbatasan, diantaranya;
1.      Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode Think-Pair-Share ini hanya terbatas pada satu kelas saja sehingga ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa hanya dapat dilihat dari hasil lembar tes hasil belajar dari satu kelas saja.
2.      Penerapan pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share ini hanya terbatas pada satu pokok bahasan saja yaitu bangun ruang sisi datar. Untuk penyempurnaan lebih lanjut maka perlu diuji cobakan pada materi yang lebih luas dan dengan pokok bahasan yang berbeda.
3.      Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 18 April 2011 sampai 9 Mei 2011.  Pada siklus III masih ada beberapa siswa yang belum mencapai kategori tuntas belajar.  Seharusnya pembelajaran masih perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya agar kekurangan yang ada pada siklus III tersebut dapat diatasi.  Akan tetapi, karena indikator ketercapaian yang telah ditetapkan sudah terpenuhi dan keterbatasan waktu yang disediakan, maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai siklus III saja.  Untuk pembelajaran selanjutnya disarankan kepada guru bidang studi matematika agar mengajar dengan menggunakan metode Think-Pair-Share.



DAFTAR PUSTAKA


Agus Suprijono. (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Asep Jihad dan Abdul Haris. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo Yogyakarta.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Bambang Budi Wiyono. (2009). Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.

Bambang Warsita. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hamzah.B.Uno. (2007). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Lyman. 2007. Think-Pair-Share. Tersedia (online) pada situs http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH2e82.dir/doc.pdf (diakses pada 20 Maret 2011)

Mohamad Nur. (2008). Pembelajaran Kooperatif.  Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa.

Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004 ( Pertanyaan dan Jawaban ). Jakarta: PT. Grasindo

Noor Styorini. (2010). Penerapan Model pembelajaran PBMP ( Pembelajaran Berpikir melalui Pertanyaan ) dengan Metode TPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bendo. Skripsi. IKIP PGRI Madiun.

Suwarsih Madya. (2006). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung : Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Suhardjono. Supardi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovasif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar