BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan usaha sadar untuk menumbuhkem-
bangkan potensi-potensi peserta didik melalui kegiatan pengajaran.
Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam merespon setiap pelajaran yang diajarkan. Untuk menumbuhkan
sikap aktif, kreatif dan inovatif pada siswa tidaklah mudah. Realita
yang terjadi guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar dan
siswa menjadi pasif dalam belajar. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.
bangkan potensi-potensi peserta didik melalui kegiatan pengajaran.
Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam merespon setiap pelajaran yang diajarkan. Untuk menumbuhkan
sikap aktif, kreatif dan inovatif pada siswa tidaklah mudah. Realita
yang terjadi guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar dan
siswa menjadi pasif dalam belajar. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.
Berbagai upaya
telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara lain
dengan perbaikan mutu belajar
mengajar. Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang
baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan
maksimum dan meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru sebagai pembawa materi
maupun peserta didik sebagai penggarap ilmu pengetahuan. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah.
mengajar. Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang
baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan
maksimum dan meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru sebagai pembawa materi
maupun peserta didik sebagai penggarap ilmu pengetahuan. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah.
Dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan,
guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan. Mengajar tidak sekedar mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi mengajar juga berarti usaha menolong siswa
agar mampu memahami konsep-konsep dan dapat menerapkan konsep
yang dipahami.
guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan. Mengajar tidak sekedar mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi mengajar juga berarti usaha menolong siswa
agar mampu memahami konsep-konsep dan dapat menerapkan konsep
yang dipahami.
Dalam dunia
pendidikan, Matematika telah diperkenalkan
kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih
tinggi. Pada pendidikan Matematika, guru memegang peranan
penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Seorang
guru Matematika disamping menjelaskan konsep, prinsip, teorema,
guru juga harus mengajarkan Matematika dengan menciptakan kondisi
yang baik agar keterlibatan siswa secara aktif dapat berlangsung.
Unsur penting dalam pembelajaran Matematika adalah merangsang
siswa serta mengarahkan siswa belajar, dimana belajar dapat dirangsang
dan dibimbing dengan berbagai metode atau cara yang mengarah
pada tujuannya, dan langkah yang tepat adalah dengan menggu-
nakan metode mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan yang
diajarkan.
kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih
tinggi. Pada pendidikan Matematika, guru memegang peranan
penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Seorang
guru Matematika disamping menjelaskan konsep, prinsip, teorema,
guru juga harus mengajarkan Matematika dengan menciptakan kondisi
yang baik agar keterlibatan siswa secara aktif dapat berlangsung.
Unsur penting dalam pembelajaran Matematika adalah merangsang
siswa serta mengarahkan siswa belajar, dimana belajar dapat dirangsang
dan dibimbing dengan berbagai metode atau cara yang mengarah
pada tujuannya, dan langkah yang tepat adalah dengan menggu-
nakan metode mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan yang
diajarkan.
Melalui observasi yang
telah dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMP Negeri
1 Lembeyan pada siswa kelas VIII.C khususnya mata pelajaran Matematika, guru
masih menggu-
nakan metode pembelajaran yang bersifat tradisional yaitu metode pembelajaran ceramah dan banyak memberikan tugas yang tidak
terstruktur dengan baik, dimana guru jarang membahas tugas
yang diberikan. Penerapan metode yang demikian menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan. Dalam penggunaan metode ini, siswa tidak dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran adalah guru itu sendiri. Siswa cenderung pasif dan hanya menerima pelajaran serta mencatat penjelasan dari gurunya saja dan disuruh mengerjakan tugas yang diberikan tanpa melakukan presentasi terhadap hasil pekerjaannya, sehingga menyebabkan metode yang bersifat tradisional ini kurang berdampak baik terhadap hasil belajar siswa.
nakan metode pembelajaran yang bersifat tradisional yaitu metode pembelajaran ceramah dan banyak memberikan tugas yang tidak
terstruktur dengan baik, dimana guru jarang membahas tugas
yang diberikan. Penerapan metode yang demikian menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan. Dalam penggunaan metode ini, siswa tidak dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran adalah guru itu sendiri. Siswa cenderung pasif dan hanya menerima pelajaran serta mencatat penjelasan dari gurunya saja dan disuruh mengerjakan tugas yang diberikan tanpa melakukan presentasi terhadap hasil pekerjaannya, sehingga menyebabkan metode yang bersifat tradisional ini kurang berdampak baik terhadap hasil belajar siswa.
Namun tidak hanya
itu saja, penerapan metode yang lama ini masih belum dapat meningkatkan hasil
belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika. Dengan demikian dapat
dikatakan mata pelajaran Matematika kurang diminati oleh peserta didik. Menyikapi masalah tersebut di atas, maka
perlu dicari solusi suatu model pembelajaran yang dalam penerapannya mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru harus
dapat menemukan dan menerapkan strategi pembelajaran yang dapat membawa siswa
menemukan jalan atau cara pemecahan masalah matematika yang dihadapinya. Dimana
guru bisa melakukan perubahan pada paradigma pendidikannya yakni dari
pembelajaran yang berpusat pada guru beralih pada siswa sebagai pusat belajar.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Guru
dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar dan siswa menjadi pasif dalam
belajar, akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan berdampak
pada hasil belajar siswa yang rendah.
2. Penerapan
metode pembelajaran yang bersifat tradisional, guru banyak memberikan tugas
yang tidak terstruktur dengan baik dan jarang membahasnya, yang menyebabkan
siswa merasa jenuh dan bosan.
3. Pelajaran
matematika kurang diminati oleh siswa karena metode pembelajaran yang digunakan
tidak sesuai.
4. Metode
pembelajaran yang bersifat tradisional masih belum bisa meningkatkan hasil
belajar siswa.
C.
Rumusan Masalah dan Pemecahannya
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan
hasil belajar matematika pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar pada siswa kelas
VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan?”
- Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah di
atas, maka peneliti mengusulkan untuk menerapkan pembelajaran matematika dengan
metode Think-Pair-Share.
D.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada
rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika.
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
a. Melatih siswa untuk aktif dan kreatif.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Guru
a. Sebagai masukan bagi guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
b. Mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa dalam
belajar Matematika.
c. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan standar kualitas pendidikan sekolah.
b. Menghasilkan lulusan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan.
4. Bagi Peneliti
Sebagai bahan acuan dan referensi bagi
peneliti lain yang melakukan penelitian sesuai dengan konteks penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Belajar
1. Pengertian Belajar
Aunurrahman
(2009:33), dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah
dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan
aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami ataupun
tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan
sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita katakan,
tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan
belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat
maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu
juga tidak pernah berhenti.
Belajar adalah suatu proses perubahan yang kompleks
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi
sampai ke liang lahat nanti diungkapkan Sadiman (dalam Bambang Warsito,
2008:62). Proses belajar bersifat individual dan kontekstual artinya proses
belajar terjadi dalam diri manusia sesuai perkembangan dan lingkungan.
Kemampuan untuk belajar inilah yang membedakan manusia dengan makluk Tuhan yang
lain. Manusia yang telah belajar mengalami perubahan tingkah laku dalam
dirinya, perubahan ini sebagai akibat interaksi
antara manusia dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan.
Aunurrahman
(2009:33), Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan
proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Pada dasarnya
belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relative positif dan
mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif Syah (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2010:1), dengan kata lain
belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap.
H. C Witherington (dalam
Aunurrahman, 2009:35), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola dari reaksi berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
James O. Whittaker, (dalam
Aunurrahman, 2009:35), mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah
suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
Ninik Srijani, (2008:179), Belajar adalah mendapatkan
pengetahuan yang menambah keberadaan pengetahuan lain yang telah ada sebelumnya
didalam otak manusia.
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman interaksi dari lingkungannya yang relative positif.
2. Prinsip Belajar
Agus Suprijono (2010:4),
menyebutkan prinsip-prinsip belajar.
a. Prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai
hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu
perubahan yang disadari.
2) Kontinu atau berkesinambungan dengan prilaku
lainnya.
3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4) Posifif atau berakumulasi.
5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan
dilakukan.
6) Permanent atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh
Wittig, belajar sebagai any relatively
permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result
of experience.
7) Bertujuan dan berarah.
8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
b. Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena
didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses
sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan
fungsional dari berbagai komponen belajar.
c. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman
pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya.
3. Tujuan Belajar
Agus Suprijono (2010:5),
tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang
eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan yang instruksional, lazim
danamakan instruksional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan
ketrampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan
belajar nurturant effects. Bentuknya
berupa, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis,
menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis
dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu system lingkungan belajar
tertentu.
Tujuan belajar
adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Hamalik (dalam
Asep Jihat dan Abdul Haris, 2010:15)
Dari beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah ingin mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental nilai-nilai yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar Abdurrahman (dalam
Asep Jihad dan Abdul Haris, 2010:14). Belajar itu sendiri merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusahan untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relative menetap.
Agus Suprijono (2010:5),
hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan-ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne,
hasil belajar berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut
tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun aturan.
b. Kemampuan intelektual yaitu kemampuan
mempresentasikan konsep dan lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengatagorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan
kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan-kemampuan ini meliputi
penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolah objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan
menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Hasil belajar adalah
segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar
yang dilakukannya, Juliah (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2010:15). Menurut
hamalik (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2010:14), hasil-hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan.nilai-nilai, pengertian-pengertian, dan sikap-sikap, serta
apersepsi dan abilitas. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata
setelah melakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.
B.
Matematika
Ritzer (dalam Hamzah B
Uno, 2007:127), menyatakan bahwa “Matematika merupakan ide abstrak memiliki
pijakan untuk mempelajarinya”.
Luitzer Egbertus Jan
Brower (dalam Hamzah B Uno, 2007:127), berpendapat bahwa “Matematika adalah
sama dengan bagian dari eksakta dari pemikiran manusia”.
Soejadi (dalam Dewi
Tryanasari, 2008:197), mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian
matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
a.
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak
dan terorganisir secara sistematik.
b.
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan
dan kalkulasi.
c.
Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran
logik dan berhubungan dengan bilangan.
d.
Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
e.
Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur
yang logik.
f.
Matematika adalah pengetahuan tentang
aturan-aturan yang ketat.
Russel (dalam Hamzah B
Uno, 2007:129), mendefinisikan bahwa “Matematika sebagai suatu studi yang
memulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang
tidak dikenal”.
Dari pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang berkenaan dengan
pengetahuan eksak, ide-ide, fakta-fakta kuantitatif dan konsep-konsep yang tersusun secara
hierarkis.
C.
Model Pembelajaran
Agus
Suprijono (2010:45), Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran
hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurukulum, mengatur materi, dan memberi
petunjuk kepada guru di kelas.
Model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran,dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Aunurrahman
(2009:146), berpendapat, ”Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu”.
Brady
(dalam Aunurrahman 2009:146), mengemukakan bahwa “model pembelajaran dapat
diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di
dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran”.
Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan kerangka
konseptual yang meliputi semua jenis kerja kelompok yang digunakan siswa untuk
mempelajari sesuatu dengan diarahkan oleh guru.
D.
Metode Think-Pair-Share
- Pengertian metode Think-Pair-Share
Nurhadi (2004:120), ”metode
ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu
mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam
setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan
merespons serta saling membantu lain”.
Trianto (2009:81),
“strategi Think-Pair-Share (TPS) atau
berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.
Arend (dalam
Trianto, 2009:81), ”menyatakan bahwa think-pair-share
merupakan suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa
lebih banyak waktu berfikir, untuk merespons dan saling menbantu”.
Lyman dan
kawan-kawan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Langkah 1 – Berpikir (Thinking): Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berkaitan
dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa
berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
b. Langkah 2 – Berpasangan (Pairing): Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawabam jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan
apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi
waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan efektif jika
guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga
seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan
untuk melapor.
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH2e82.dir/doc.pdf,
diakses 20 Maret 2011).
- Manfaat metode Think-Pair-Share dalam meningkatkan hasil belajar matematika.
Menurut Spencer Kagan (dalam Maesuri, 2002:37) manfaat
metode Think-Pair-Share adalah:
a.
Para siswa menggunakan
waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu
sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan
Think-Pair-Share lebih banyak
siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam
pasangannya. Para siswa mungkin mengingat
secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin
menjadi lebih baik.
b.
Para guru juga mungkin
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi
mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan
tingkat tinggi.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari penerapan
metode Think-Pair-Share terhadap
hasil belajar matematika adalah semua siswa dituntut aktif dalam proses
pembelajaran, baik secara individu maupun dengan orang lain. Aktif dalam hal
ini adalah siswa akan diberi beberapa permasalahan
dalam materi yang akan didapatnya, sehingga siswa harus berpikir untuk mencari
pemecahan masalahnya baik individu maupun dengan kelompoknya. Hal lain yang
diperoleh siswa dari metode ini adalah
siswa aktif dalam berkomunikasi baik dengan kelompoknya maupun teman
sekelasnya, karena setelah siswa berhasil memecahkan masalah yang diberikan,
semua kelompok akan menyampaikan atau mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas, sehingga suasana kelas akan tampak lebih hidup dan hasil belajar
siswa akan lebih meningkat.
E.
Penelitian yang Relevan
Noor Styorini (2010:51)
dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan model pembelajaran PBMP
(pembelajaran berpikir melalui pertanyaan) dengan metode TPS untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bendo”, menyimpulkan bahwa metode
TPS dapat meningkatkan kemampuan afektif dan kognitif siswa.
Judul yang akan
dilaksanakan dalam penelitian ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok
Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan Tahun
Pelajaran 2010/2011. Kesamaan dalam penelitian ini terletak pada
penggunaan metode TPS, subjek penelitian dan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
hasil belajar siswa. Perbedaannya terletak pada jenis penelitiannya.
F.
Kerangka Pemikiran
Pembelajaran dengan menggunakan metode Think-Pair-Share merupakan salah satu dari model kooperatif yang
menggunkan struktur kelompok berpasangan. Meskipun termasuk dalam model
kooperatif, struktur ini memberikan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir
individu. Selain itu model pembelajaran Think-Pair-Share
juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir,
berpasangan, dan berbagi sehingga kemampuan siswa baik secara individu maupun
kelompok dapat berkembang. Penyajian masalah dalam pembelajaran Think-Pair-Share yang kontekstual
melatih siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika.
Dengan demikian apabila konsep-konsep matematika mampu dikuasai maka hasil
belajar siswa akan lebih meningkat.
G.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan
menerapkan metode Think-Pair-Share dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 1
Lembeyan tahun pelajaran 2010/2011.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Lembeyan dengan alamat jalan raya Lembeyan Gorang-gareng Kecamatan
Lembeyan Kabupaten Magetan, sebagai bahan pertimbangan penulis memilih tempat
penelitian tersebut karena:
a.
Hasil belajar siswa khususnya matematika pada
sekolah tersebut rendah.
b.
Letaknya
strategis yaitu terletak jauh dari keramaian kota sehingga proses pembelajaran
tidak akan terganggu.
c.
Lokasi
yang mudah dan cepat dijangkau, sehingga meminimalkan kemungkinan terlambat
sampai ke lokasi penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan secara bertahap yaitu dari mulai bulan Pebruari 2011 sampai bulan
Juni 2011.
B.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan
tahun pelajaran 2010/2011. Pengambilan subjek didasarkan pada kemampuan siswa
yang heterogen. Jumlah siswa 35 anak, terdiri dari siswa laki-laki 17 anak dan
siswa perempuan 18 anak.
C.
Prosedur Penelitian
1.Desain Penelitian
Penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru
atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki
dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas penelitian tindakan kelas
merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru dilapangan.
Singkatnya, PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan
bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
Menurut Suharsimi Arikunto
(2006:16) alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai
berikut:
|
- Indikator Ketercapaian
Tabel 3.1 Indikator
Keberhasilan Penelitian
No
|
Indikator
|
Target pencapaian
|
Cara mengukur
|
Metode mengukur
|
1
|
Prosentase ketuntasan
belajar siswa
|
68%
|
Diambil dari nilai tes formatif
|
Tes
|
2
|
Prosentase Nilai Rata-rata kelas
|
80%
|
Diambil dari nilai tes formatif
|
Tes
|
Dasar penentuan target
pencapaian:
Target
pencapaian Indikator pada aspek nilai belajar ketuntasan siswa adalah 68% dan
nilai rata-rata kelas ketuntasan belajar siswa adalah 80%. Penentuan target
penentuan ini berdasarkan pada KKM SMP Negeri 1 Lembeyan, yaitu 68.
- Siklus Tindakan
a.
Siklus I
1)
Perencanaan
Tindakan
Dalam tahap ini peneliti menetapkan
langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Secara
garis besar ada empat hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
a)
Merencanakan langkah-langkah proses tindakan yang akan
dilakukan.
b)
Mempersiapkan
fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam melaksanakan tindakan.
c)
Mempersiapkan
cara melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan.
d) Membuat skenario apa yang akan dilakukan
dalam melaksanakan tindakan.
2)
Pelaksanaan
Tindakan
Kegiatan utama yang dilakukan dalam
tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai derngan rencana yang ditetapkan.
Semua kegiatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah
ditetapkan tim peneliti bersama partisipan. Untuk itu, dalam melaksanakan
tindakan, subyek pelaksana didampingi tim peneliti. Kehadiran peneliti, selama
pelaksanaan tindakan, selain untuk mendampingi, juga untuk mengikuti
perkembangan dan perubahan akibat dari adanya tindakan. Dengan demikian, akan memperoleh
hasil yang lebih baik.
3) Observasi
Dalam tahap ini, kegiatan utama yang
dilakukan adalah mengadakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
Fungsi utama observasi adalah untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana, dan untuk mengetahui
seberapa pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan
memperoleh hasil yang diharapkan.
4) Refleksi
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan
adalah mengadakan refleksi. Data-data yang diperoleh melalui observasi
dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisis, peneliti bersama tim
pengajar dapat merefleksi diri tentang kegiatan yang dilakukan, sehingga dapat
diketahui keberhasilan dan kekurangan yang dilakukan sehingga bias digunakan untuk
memperbaiki dan menetapkan tindakan kelas selanjutnya.
b.
Siklus II dan
berikutnya
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti
pada siklus I tetapi didahului dengan perncanaan ulang berdasarkan hasil-hasil
yang diperoleh pada siklus I, sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi peda
siklus I tidak terjadi pada siklus II. Menganalisis hasil observasi yang sudah dilakukan, mencari kekuatan dan
kelemahan pada siklus II. Apabila sampai siklus II belum tercapai
indikator keberhasilan penelitian maka dilanjutkan dengan siklus berikutnya
sampai indikator keberhasilan penelitian tercapai.
D.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data hasil belajar siswa adalah
dengan menggunakan metode tes.
Tes digunakan untuk memperoleh data
hasil belajar pada materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan metode Think-Pair-Share.
Soal tes berupa tes esai. Menurut Wina Sanjaya (2009:100), tes esai adalah bentuk tes dengan cara
siswa menjawab pertanyaan secara terbuka, yaitu menguraikan melalui kalimat
yang disusunnya sendiri. Tes esai dapat menilai proses mental siswa terutama
dalam hal kemampuan menyusun jawaban yang sistematis.
E.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data pada waktu peneliti melakukan suatu
penelitian. Instrumen yang digunakan adalah tes esai, yang dibuat penulis dan
terlebih dahulu dikonsultasikan dengan guru matematika kelas dua tersebut.
Tes tersebut dilaksanakan pada setiap akhir siklus dengan jumlah soal setiap
siklusnya 5 soal dengan skor maksimal 20 untuk tiap nomor soal. Waktu yang
digunakan untuk mengerjakan soal adalah 1 jam pelajaran.
Hasil data tes esai ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai hasil belajar siswa kelas VIII C
semester genap SMP Negeri 1 Lembeyan tahun pelajaran 2010/2011 setelah
mengalami proses pembelajaran melalui metode Think-Pair-Share.
F.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyeleksi,
menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara
sistematis dan rasional untuk menyajikan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
menyusun jawaban masalah yang menjadi tujuan PTK (Tatag Yuli Siswono, 2008:28).
Analisis data kualitatif dilakukan
melalui tiga tahap (Tatag Yuli Siswono, 2008:29-30), yaitu:
1. Reduksi data
Proses penyederhanaan yang
dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi
data yang bermakna.
2. Paparan data
Proses penampilan data secara
lebih sederhana dalam bentuk naratif, representasi tabular termasuk dalam
format matriks atau grafis.
3. Penyimpulan
Proses pengambilan intisari
dari sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk pernyataan kalimat
dan/atau formula yang singkat dan padat.
Analisis data yang sesuai dengan metode
yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu analisis hasil tes.
Data hasil tes diperoleh dari nilai tes
formatif yang digunakan untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa. Untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa, dari data
yang diperoleh dianalisa dengan menghitung jumlah rata-rata nilai tes. Untuk
menentukan prosentase ketuntasan belajar
siswa digunakan rumus:
Untuk mencari nilai rata-rata kelas digunakan rumus:
Untuk menganalisis hasil tes
yang diperoleh dari siswa, dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pelajaran matematika untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Lembeyan. KKM pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Lembeyan telah
ditetapkan dengan nilai 68. Siswa dikatakan tuntas belajar matematika bila
mendapat nilai 68 dan siswa dikatakan tidak tuntas bila
mendapat nilai 68.
G.
Jadwal
Penelitian
Jadwal penelitian meliputi persiapan,
pelaksanaan dan penyusunan laporan. Adapun jadwalnya dapat dilihat pada tebel
3.2 berikut.
No
|
Bulan/Minggu ke
|
Peb
|
Maret
|
April
|
Mei
|
||||||||||||||
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
Pengajuan Judul Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
2
|
Pengajuan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
3
|
Kegiatan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
A. Siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
a.
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
b.
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
c.
Pengamatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
d.
Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
B. Siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
a.
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
b.
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
c.
Pengamatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
d.
Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
C. Siklus III
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
a.
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
b.
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
c.
Pengamatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
d.
Refleksi/draf laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
4
|
Penyusunan
laporan hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat
Penelitian
Penelitian dilaksanakan di
SMP Negeri 1 Lembeyan Kabupaten Magetan. Lokasi SMP Negeri 1 Lembeyan mudah
dijangkau baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Di samping itu,
SMP Negeri 1 Lembeyan mempunyai sarana dan prasarana yang cukup memadai yang
sangat membantu siswa dalam kegiatan belajar.
Kelas yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas VIII C yang berjumlah 35 siswa dengan jumlah siswa
laki-laki 17 orang dan siswa
perempuan berjumlah 18 orang.
Ruang kelas VIII C tampak
bersih dan rapi sehingga membuat pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik
dan nyaman.
Pelaksanan penelitian
terdiri dari 3 siklus. Pada tiap akhir siklus, siswa diberi tes formatif yang berbentuk esai yang berjumlah 5 soal
setiap siklusnya. Dari tes formatif setiap siklus tersebut digunakan untuk memperoleh
data hasil ketuntasan belajar.
B.
Hasil Penelitian
Data hasil
penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data tes formatif pada
siklus I, II dan III. Dengan melihat data hasil penelitian dapat diketahui
hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan pada pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode Think-Pair-Share.
1. Siklus I
Pada siklus I materi yang
disampaikan adalah menghitung luas permukaan prisma tegak dan
limas. Hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai
berikut:
a.
Tahap Perencanaan
Sebelum pelaksanaan
pembelajaran, peneliti berdasarkan persetujuan guru bidang studi matematika kelas
VIII C menyusun dan mempersiapkan instrumen-instrumen pembelajaran yang
diperlukan di antaranya silabus
(lampiran 1), RPP (lampiran 2), kisi-kisi tes formatif (lampiran 3), soal tes
formatif (lampiran 4), kunci jawaban tes formatif (lampiran 5).
b.
Tahap Pelaksanaan
Siklus I
dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pada tanggal 19 dan 20 April 2011. Pada pertemuan
pertama peneliti menyampaikan materi pelajaran, jumlah siswa yang hadir ada 34
anak. Pertemuan kedua peneliti mengulang sedikit materi, setelah itu peneliti
memberikan tes formatif. Sedangkan bukti nyata terhadap pelaksanaan
pembelajaran siklus I terdapat pada (lampiran 6) yaitu foto
kegiatan penelitian siklus I. Adapun proses belajar mengajar pada siklus I mengacu pada rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dipersiapkan.
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilakukan
pengamatan terhadap tes hasil belajar siswa yang dilakukan peneliti. Jumlah
siswa yang hadir adalah 34 siswa, yang tidak hadir 1 siswa dikarenakan sakit.
Hasil dari ketuntasan
belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada (Lampiran 7) yang telah disajikan dalam bentuk tabel
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I.
Dari (Lampiran
7) didapat, prosentase siswa yang tidak tuntas 67,64%, siswa yang tuntas 26,47% dan prosentase nilai
rata-rata kelasnya adalah 53,79%. Hal ini berarti bahwa hasil belajar siklus I belum mencapai indikator ketercapaian
yaitu 68% dari keseluruhan jumlah siswa harus sudah tuntas belajar. Hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa
belum mencapai ketuntasan yaitu karena kurangnya pemahaman konsep siswa
terhadap materi dan guru hanya memberikan garis besar materinya saja. Beberapa contoh
jawaban tes formatif siswa pada siklus I dapat dilihat pada (lampiran 8).
Dari (lampiran 8) terdapat
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal tes formatif
siklus I. Adapun kriteria-kriteria kesulitan dari soal tes formatif siklus I
dapat dilihat pada (lampiran 9).
d. Tahap Refleksi
Hasil refleksi dari kegiatan
pembelajaran dengan metode think-pair-share
dapat diketahui hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai KKM
yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil observasi ditemukan kekurangan yang
perlu diperbaiki, kekurangan-kekurangan tersebut adalah sebagai berikut.
1).
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru belum menyampaikan
garis besar dan proses pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
2).
Pada saat diskusi masih banyak siswa yang pasif dan
cenderung tidak memperhatikan materi yang dibahas.
3).
Siswa masih bingung dalam memahami soal cerita.
4).
Keberanian siswa dalam bertanya, menjawab, maju
ke depan serta berpendapat masih kurang.
2. Siklus II
Pada siklus II materi yang
disampaikan adalah menentukan
dan menghitung volume prisma. Hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut.
a.
Tahap Perencanaan
Sebelum pelaksanaan
pembelajaran, peneliti berdasarkan persetujuan guru bidang studi matematika kelas
VIII C menyusun dan mempersiapkan instrumen-instrumen pembelajaran yang
diperlukan di antaranya silabus
(lampiran 10), RPP (lampiran 11), kisi-kisi tes formatif (lampiran 12), soal
tes formatif (lampiran 13), kunci jawaban tes formatif (lampiran 14).
Selain itu,
pada siklus II direncanakan
tindakan sesuai permasalahan pada siklus I yang merupakan perbaikan terhadap kekurangan
siklus I antara lain:
1)
Memberi penjelasan kembali materi tentang bangun datar.
2)
Guru lebih komunikatif agar siswa lebih aktif dalam bertanya mengenai pelajaran
yang belum jelas.
3)
Memberikan motivasi pada siswa untuk berani dalam memberikan pendapat.
4)
Memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang volume prisma.
b.
Tahap Pelaksanaan
Siklus II
dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pada tanggal 3 dan 4 Mei 2011. Pada
pertemuan pertama peneliti menyampaikan materi pelajaran. Jumlah siswa yang
hadir ada 35 siswa. Pertemuan kedua peneliti mengulang sedikit materi, setelah
itu guru memberikan tes formatif. Sedangkan bukti nyata terhadap pelaksanaan
pembelajaran siklus II terdapat pada (lampiran 15) yaitu foto kegiatan penelitian siklus II. Adapun proses belajar mengajar pada siklus
II mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran dengan beberapa perbaikan
terhadap hasil refleksi siklus I yang telah dipersiapkan.
c.
Tahap
Observasi
Pada tahap ini dilakukan
pengamatan terhadap tes hasil belajar siswa yang dilakukan peneliti. Jumlah
siswa yang hadir adalah 35 siswa.
Hasil tes
pada siklus II mengalamai peningkatan jumlah siswa yang tuntas mengalami
perubahan menjadi lebih banyak dibandingkan pada siklus I. Untuk mengetahui
lebih jelas dapat dilihat pada (lampiran 16) yang telah disajikan dalam tabel
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II.
Dari (lampiran
16), dapat diuraikan siswa yang tuntas menjadi 24 siswa dengan prosentase 68,58%, siswa yang tidak tuntas menjadi 11
siswa dengan prosentase 31,42% dan nilai rata-rata kelasnya dengan prosentase
72,14%. Hal ini berarti hasil ketuntasan
belajar siklus II sudah mengalami peningkatan daripada siklus I, tetapi nilai
rata-rata kelasnya masih belum mencapai indikator ketercapaian yaitu 80%. Untuk
mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan tes hasil
belajar dapat dilihat pada (lampiran 17).
Dari (lampiran 17) terdapat
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal tes formatif
siklus II. Adapun kriteria-kriteria kesulitan dari soal tes formatif siklus II
dapat dilihat pada (lampiran 18) yang disajikan dalam tabel kriteria kesulitan
soal tes formatif siklus II.
d.
Tahap
Refleksi
Hasil tes pada siklus II ternyata sudah mengalami
peningkatan dibanding siklus I, jumlah siswa yang tuntas dan nilai rata-rata
kelas mengalami perubahan menjadi lebih banyak dibandingkan pada siklus I,
meskipun belum mencapai KKM yang sudah ditetapkan. Berdasarkan
hasil observasi ditemukan kekurangan yang perlu diperbaiki,
kekurangan-kekurangan tersebut adalah sebagai berikut.
1).
Guru dalam memberikan
motivasi pembelajaran masih belum dapat menarik perhatian siswa secara
maksimal.
2).
Siswa masih kurang dalam
memahami maksud soal dari tes formatif
3).
Belum ada keberanian
siswa dalam mempresentasikan jawaban dari kelompoknya di depan kelas.
3.
Siklus
III
Pada siklus III materi yang disampaikan
adalah menentukan dan
menghitung volume limas. Adapun hasil penelitian pada
siklus III adalah sebagai berikut.
a.
Tahap Perencanaan
Sebelum pelaksanaan
pembelajaran, peneliti berdasarkan persetujuan guru bidang studi matematika kelas
VIII C menyusun dan mempersiapkan instrumen-instrumen pembelajaran yang
diperlukan di antaranya silabus
(lampiran 19), RPP (lampiran 20), kisi-kisi tes formatif (lampiran 21), soal
tes formatif (lampiran 22), kunci jawaban tes formatif (lampiran 23).
Selain itu,
pada siklus III direncanakan
tindakan sesuai permasalahan pada siklus II yang merupakan perbaikan terhadap
kekurangan siklus II antara lain:
1).
Guru akan memberikan lebih banyak contoh soal yang
bervariasi dan membimbing siswa pada saat mengerjakan contoh soal.
2).
Guru akan memberikan
pujian dan penghargaan terhadap kelompok yang mampu mengerjakan dan
mempresentasikan di depan kelas.
3).
Guru akan lebih
mendalami materi yang akan diajarkan sehingga materi yang akan diberikan dapat tersampaikan
secara maksimal.
b.
Tahap Pelaksanaan
Siklus III
dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pada tanggal 10 dan 11 Mei 2011. Pada
pertemuan pertama peneliti menyampaikan materi pelajaran. Siswa yang hadir ada
35 anak. Pertemuan kedua peneliti mengulang sedikit materi, setelah itu guru memberikan
tes formatif. Siswa yang hadir ada 35 anak. Sedangkan bukti nyata terhadap
pelaksanaan pembelajaran siklus III terdapat pada (lampiran 24) yaitu foto kegiatan penelitian siklus III. Adapun proses belajar mengajar pada siklus
III mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran dengan beberapa perbaikan
terhadap hasil refleksi siklus II yang telah dipersiapkan.
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilakukan
pengamatan terhadap tes hasil belajar siswa yang dilakukan peneliti. Jumlah
siswa yang hadir adalah 35 siswa. Hasil tes mengalami peningkatan lagi yang mengakibatkan siswa yang tuntas
menjadi lebih banyak dibandingkan pada siklus I dan siklus II. Untuk lebih
jelas dapat lihat pada (lampiran 25) yang disajikan dalam bentuk tabel
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III.
Dari (lampiran
25) dapat diuraikan siswa yang tuntas berjumlah 30 siswa dengan prosentase 85,71%,
siswa yang tidak tuntas berjumlah 5 siswa dengan prosentase 14,29% dan nilai
rata-rata kelasnya dengan prosentase 80,42%. Berdasarkan data tes hasil
belajar siklus III, maka telah mencapai indikator ketercapaian nilai rata-rata
kelas dan ketuntasan belajar yaitu 80% dan 68% dari seluruh siswa yang
memperoleh predikat tuntas, meskipun
masih terdapat 5 siswa yang dikategorikan belum tuntas karena melakukan
kesalahan dalam mengerjakan soal tes hasil belajar siklus III. Untuk mengetahui
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dapat dilihat pada (lampiran 26).
Dari (lampiran 26) didapat
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal tes formatif
siklus III. Adapun kriteria-kriteria kesulitan dari soal tes formatif siklus II
dapat dilihat pada (lampiran 27) yang disajikan dalam tabel kriteria kesulitan
soal tes formatif siklus III.
d.
Tahap
Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan pada siklus III tampak bahwa tingkat hasil belajar melalui
metode think-pair-share mengalami
peningkatan yang signifikan atau telah memenuhi tingkat ketercapaian yang
diinginkan. Sehingga penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
C.
Pembahasan
1.
Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan penelitian dari
siklus I, siklus II dan siklus III hasil dari tes untuk mengetahui ketuntasan
belajar dapat dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel 4.1
Prosentase Ketuntasan Belajar
Siswa pada Siklus I, Siklus II dan Siklus III
Siklus
|
Tuntas KKM
|
I
|
26,47%
|
II
|
68,58%
|
III
|
85,71%
|
Dari Tabel 4.1 di atas
dapat dibuat grafik tentang ketuntasan belajar siswa pada siklus I, siklus II
dan siklus III adalah sebagai berikut.
Grafik 4.1 Prosentase
Ketuntasan Belajar Dan Nilai Rata-Rata Kelas Pada Siklus I, Siklus II, Dan
Siklus III
53,79
|
26,47
|
68,58
|
85,71
|
80,42
|
72,14
|
Berdasarkan Tabel 4.1 dan
Grafik 4.1 di atas menunjukkan ketuntasan belajar siswa dengan prosentase 26,47%
pada siklus I meningkat menjadi 68,58% pada siklus II dan pada siklus III naik
menjadi 85,71%.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode think-pair-share
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan
Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2010/2011.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian yang ada maka dapat
disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pokok bahasan bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII C
SMP Negeri 1 Lembeyan tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari prosentase
ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata kelas. Untuk prosentase ketuntasan
belajar siklus I sebesar 26,47% meningkat pada siklus II menjadi 68,58% kemudian
meningkat lagi pada siklus III menjadi 85,71%. Sedangkan untuk prosentase nilai
rata-rata kelas dari siklus I 53,79% meningkat pada siklus II menjadi 72,14%
kemudian meningkat lagi pada siklus III menjadi 80,42%. Selain itu masih terdapat
permasalahan dalam pembelajaran matematika yang dialami oleh beberapa siswa yakni
masih rendahnya penguasaan siswa terhadap materi bangun datar khususnya bangun
segitiga.
B.
Saran
Dari
pengalaman yang didapat selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi,
maka penulis sebagai peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut.
1. Bagi Guru Bidang Studi
a. Dalam penerapan metode Think-Pair-Share, sebaiknya guru benar-benar memperhatikan dan memberi evaluasi
kepada semua siswa saat berdiskusi maupun saat berpresentasi di depan kelas.
Karena dengan adanya presentasi tersebut, kemampuan siswa sudah dapat diukur
sudah paham atau belumnya dalam menyerap dan menerima materi yang disampaikan.
b. Diharapkan guru dapat menerapkan metode Think-Pair-Share dalam menyampaikan
materi kepada siswa agar siswa juga berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Sekolah
Dalam upaya meningkatkan hasil
belajar matematika hendaknya kepala sekolah mendukung pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Think-Pair-Share.
3. Bagi penelitian lebih lanjut
Dengan segala keterbatasan
dalam penelitian ini, maka perlu dilaksanakan penelitian serupa dengan mengambil materi yang sesuai dan menggunakan sampel yang lebih luas
sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih signifikan. Kelemahan dalam penelitian ini adalah masih terdapat permasalahan dalam pembelajaran matematika yang dialami oleh
beberapa siswa yakni masih rendahnya penguasaan siswa terhadap materi bangun
datar. Selain itu penelitian ini hanya diuji cobakan pada kelas VIII C SMP Negeri 1 Lembeyan tahun ajaran 2010/1011 dengan
satu materi pokok bahasan, belum diketahui apakah dapat menghasilkan kesimpulan
yang sama atau tidak jika penelitian ini diujicobakan di kelas lain dan dengan
materi yang lain.
C.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki
keterbataan-keterbatasan, diantaranya;
1.
Penerapan pembelajaran
dengan menggunakan metode Think-Pair-Share
ini hanya terbatas pada satu kelas saja sehingga ada atau tidaknya
peningkatan hasil belajar siswa hanya dapat dilihat dari hasil lembar tes hasil
belajar dari satu kelas saja.
2.
Penerapan pembelajaran
dengan metode Think-Pair-Share ini
hanya terbatas pada satu pokok bahasan saja yaitu bangun ruang sisi datar.
Untuk penyempurnaan lebih lanjut maka perlu diuji cobakan pada materi yang
lebih luas dan dengan pokok bahasan yang berbeda.
3.
Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan pada tanggal 18 April 2011 sampai 9 Mei 2011. Pada siklus III masih ada beberapa siswa yang
belum mencapai kategori tuntas belajar.
Seharusnya pembelajaran masih perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya
agar kekurangan yang ada pada siklus III tersebut dapat diatasi. Akan tetapi, karena indikator ketercapaian
yang telah ditetapkan sudah terpenuhi dan keterbatasan waktu yang disediakan,
maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai siklus III saja. Untuk pembelajaran selanjutnya disarankan
kepada guru bidang studi matematika agar mengajar dengan menggunakan metode Think-Pair-Share.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. (2010). Cooperative
Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asep Jihad dan Abdul Haris. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo Yogyakarta.
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Bambang Budi Wiyono. (2009). Penelitian
Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Bambang Warsita. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan
Aplikasinya. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Hamzah.B.Uno. (2007). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Lyman. 2007. Think-Pair-Share. Tersedia (online) pada situs http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH2e82.dir/doc.pdf
(diakses pada 20 Maret 2011)
Mohamad Nur. (2008). Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah
Unesa.
Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004
( Pertanyaan dan Jawaban ). Jakarta:
PT. Grasindo
Noor Styorini. (2010). Penerapan Model pembelajaran PBMP (
Pembelajaran Berpikir melalui Pertanyaan ) dengan Metode TPS untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bendo. Skripsi. IKIP PGRI
Madiun.
Suwarsih Madya. (2006). Teori
dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung
: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2006). Suhardjono. Supardi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta
: PT. Bumi Aksara.
Trianto. (2009). Mendesain Model
Pembelajaran Inovasif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Wina Sanjaya. (2009). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta
: Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar